Dr. Armawati Arbi M.Si., Islamic State Studies UIN Jakarta
Sub- theme: Definition of
Islamic Journalist.
Islamic journalism is part of Islamic
communication. Islamic communication as pure sciences has epistemology,
ontology, and axiology. Islamic journalism is as applying sciences. Journalist
is impossible to be neutral sides because media have vision and mission. Media
have various interests in internal and external media. They make and create
their character and identity. Is definition of Islamic journalist? He/she is
moslem and it has Islamic content of media. Media like to make negative news
and deviant behavior. How do Islamic journalist to report conflict?
Islamic journalist can frames quality in
conflict reporting. Can Islamic Journalist creates war propaganda, and serves a
hidden intention? What it is jihad? Does Islamic journalist make peace, cease
fire, and negotiated contract? What happen in Islamic journalist ? The absence
of war and direct violence does not include the absence of cultural and
structural violence. How is Islamic journalist to select the techniques
and the use of language? What role of Islamic journalist in the world?
Key words: strategy of communication in Islamic
Journalism
PENDAHULUAN
Kajian penelitian pustaka ini menemukan definisi jurnalistik dari beberapa
ahli, intinya, pelaku konstruksi melalui
keahlian profesinya, etika profesi,
seni dan ketrampikannya mengemas
fakta atau peristiwa sebagai objek konstruksi.
Ilmu terapan ini mengaju kepada ilmu
murni dari kajian Keislaman. Kajian keislaman mengacu kepada psikologi Islam.
Pelaku konstruksi memenuhi syarat, manusia menurut pandangan Islam. Objek
konstruksi dipilih berdasarkan etika Islam sebagai axiology. Cara memperoleh
pengetahuan dan fakta menurut pandangan Islam sebagai epistemology. Definisi
jurnalis Islam atau muslim/muslimah memenuhi karakter manusia yang berdasarkan
psikologi Islam. Tujuan jurnalis Islam mengikuti pandangan Islam.
Strategi komunikasi seorang jurnalis
muslim bagaimana ia melaporkan peristiwa ketika ia menghadapi situasi damai dan kondisi konflik. Seorang
jurnalis muslim memilih kata dan kalimat sebagai kekuatan bahasa, menyeleksi
dan memilih fakta, menyusun tata
letak atau tatawaktu.
TINJAUAN
TEORI
Paradigma fitrah ditemukan oleh
Baharuddin. Psikolog Islam ini dalam disertasinya menggambarkan konsep manusia
baik dari sisi jasmani dan struktur jiwanya. Seorang jurnalis muslim memenuhi
karakter manusia kembali ke fitrah kemanusiaan melalui komunikasi Islam atau
komunikasi fitrah. Semua komunikasi bertujuan agar manusia kembali ke
fitrahnya.
1.
Landasan/Fondasi/sisi Alas Struktur Jiwa
bagi Pembentukan Karakter Manusia
Baharuddin membagi alam sadar dan alam ketidak sadaran.
Instink atau naluri di alam di bawah kesadaran,
Pasangan akal ini, naluri dimiliki oleh hewan. Manifestasi hubungan
kesadaran-ketidak-sadaran manusia pertama dalam jiwa manusia, adalah pasangan
vertikal akal-jiwa hewaniyah. Naluri/keinginan manusia berada pada landasan/fondasi dari struktur jiwa manusia.
Pasangan vertikal lainnya kedua adalah
kalbu-nabati. Pasangan horizontal jiwa
nabati dan jiwa hewaniyah pada landasan struktur jiwa manusia. Fungsinya menjaga
fungsi vegetatif. Fungsi nabati menjaga
keseimbangan jasmani di dalam tubuh
manusia. Sedangkan kalbu menjaga keseimbangan rohani manusia.
Pasangan vertikal lainnya ke
tiga adalah ruh- al-jism. Pasangan horizontal pada landasan dari struktur
jiwa manusia adalah jiwa al- jism
dan al-nafs. Fungsi al-jism menjadi
penyatu antara fungsi hewani dan nabati. Menurut Baharuddin,
pasangan dimensi al- ruh dan al-jism merupakan penjelmaan ke tiga dari hubungan kesadaran dan
ketak-sadaran manusia individual.
Pasangan vertikal ke empat adalah
al-nafsu dan al-syaithan. Pasangan ini
merupakan penjelmaan ke empat hubungan kesadaran-ketaksadaran individu.
Jiwa al-syaithan pada landasan dari struktur
jiwa manusia yang berfungsi sebagai pemecah dan perusak bagi fungsi jiwa
al-hayawan dan al-nabati yang berlawanan
dengan fungsi al-jism.
2. Pilar/sisi kaki-Kaki Sisi dari Struktur Jiwa bagi Penegakan Karakter
Manusia
Landasan
dari struktur jiwa manusia diperkuat oleh pilar atau kaki-kaki sisinya.
Kaki-kaki tersebut atau pilar
menegakkan empat segi
jasmani al-hayawan- al-nabati dan al- syaithan dan al-jism, yaitu pilarnya
adalah Islam, Iman, Ihsan, dan kufr. Pilar-pilar tersebut adalah penerapan
rukun Islam dalam menegakkan akal,
penerapan rukun Iman meningkatkan Ruh, penerapan Ihsan menumbuhkan
kalbu, penerapan kufr/taqwa mengembangkan nafs.
Pilar ke satu memperkuat dimensi akal dan hasilnya, menjadi ulil al-Baab (manusia yang berfikir dan
berzikir) melalui penerapan dalam kehidupan sehari-hari dari orang yang menerapkan syahadat, sholat,
puasa, zakat, dan karakter orang yang pulang
dari haji ke Mekah dan Madinah. Pilar ke dua menekankan
dimensi ruh, karakter kepimpinan dalam komunikasi sosial dan
politik, menjadi pelayan
public/khalifah di muka bumi.
Pilar ke empat, pilar Kufr
berpotensi taqwa dan fujur. Konsep Kufr memadukan dan menengahi kutub
al- nafsu dan al-syaithan dalam mewujudkan dimensi nafs.Manusia tersebut
menumbuhkan mutmainnah (cinta damai),
nafs mardiyah (diridhoi Allah), nafs
rodhiyah, dan kamilah.
3.Karakter
Manusia Kembali ke Fitrah Kemanusiaan
Apapun
profesi muslim dan muslimah menuju, mengembangkan potensi jasmani dan
dimensi rohani manusia yang mengarah kembali ke fitrah kemanusiaannya.
Jadi menjadi jurnalis muslim memenuhi karakter:
1.
Menjadi makhluk bashariyah (cinta diri, sesama, dan cinta lingkungan)
2.
Menjadi Ulil al-Baab (ilmuan yang berpikir, berzikir, kreatif dan inovatif)
3.
Menjadi Pelayan Publik (Khalifah di muka bumi)
4.Menjadi
Orang Beruntung (Tazkiyah/mensucikan diri)
5.
Menjadi damai, ikhlas, diridhoi oleh Allah dan meridhoiNya
6.
Menjadi pelayan Allah SWT (Cinta Allah SWT)
Tujuan
memanfaatkan media adalah untuk mengembangkan potensi diri, dan mewujudkan
keluarga Sakinah, khairu ummah, dan masyarakat baldatun.
METODE
PENELITIAN
Kajian pustaka ini bersandar pada
Psikologi Islam dan kajian Keislaman. Paradigma Fitrah adalah membangun
karakter manusia agar mereka kembali ke fitrah kemanusiaannya. Quraish Shihab
mengkaji surat al-Muthafifin dalam tafsir Misbah memberikan landasan interaksi
manusia, tidak bersandar standart ganda. Menurutnya, manusia berinteraksi lebih
baik keras, tegas, kepada diri, keluarga, kelompok, dan komunitasnya,
sebaliknya ke pihak lain berinteraksi dengan lebih lembut dan bijaksana. Jadi
dalam interaksi manusia melalui profesinya menerapkan keadilan untuk semua.
Sumber utama adalah literatur
Psikologi Islam dan literatur kajian keislaman. Sumber sekunder adalah
literatur-literatur membahas jurnalis damai.
Metodologi yang dipilih adalah qualitative
content analysis (QCA). Analisis isi terhadap isi buku yang kualitatif ini
dikembangkan oleh Marings. Tema-tema yang dipilih adalah konsep manusia menurut
Psikologi Islam dalam membangun masyarakat Madani.
Subjek penelitian adalah tema Jurnalis Islam dan objek penelitian
adalah definisi jurnalis Islam dan strategi komunikasinya dalam damai dan
konflik.
Instrument utama dalam analisis isi
yang kualitatif adalah kategorisasi dan sub-kategorisasinya. Hasil dari QCA
menemukan kategorisasi yang baru mengenai jurnalis Islam.
ANALISIS/PEMBAHASAN
Pada pembahasan ini disajikan
kategori besar dan sub-kategorinya dibahas pada bagian diskusi. Kategori
besarnya di bawah ini.
1.
Paradigma Jurnalis Islam
Berdasarkan psikologi Islam, manusia
melalui profesinya masing-masing, termasuk jurnalis Islam mengembangkan seluruh
potensi dan dimensi jasmani dan rohaninya melalui media atau non-media untuk
membangun manusia kembali ke fitrah kemanusiaannya yang sudah bergeser dari
fitrah kemanusiaannya.
2.
Definisi Jurnalis Islam
Berdasarkan paradigma
konstruktivisme, jurnalis Islam sebagai pelaku konstruksi peristiwa, fakta atau
realitas sosial mengemas objek konstruksi yang kreatif, inovatif dan santun,
berdasarkan etika komunikasi massa yang Islami dan etika jurnalis damai melalui
pandangan komunikasi Islam.
3.
Syarat Jurnalis Islam
Mengembangkan empat landasan jiwa manusia, empat pilar jiwa
manusia menegakkan karakter manusia, dan enam hasil dimensi manusia dalam mengembangkan dimensi kemanusiaannya
kembali ke fitrah melalui komunikasi Islam.
c
Jurnalis Islam diharapkan mampu
menjadi pemimpin atau garda terdepan dalam meredam dan mengatasi konflik. (Conflict peace journalist manager).
Jurnalis Islam mampu membaca tanda-tanda masyarakat mulai dan akan berkonflik
dengan masyarakat lain, jurnalis Islam
mampu mencegahnya, memahami tanda-tanda negara-negara yang ingin
berperang. Jurnalis Islam lebih memilih pencegahan/preventif daripada
pengobatan/kuratif.
DISKUSI
1.
Paradigma Komunikasi Fitrah atau Komunikasi Islam
1.1.
Komunikasi fitrah adalah manusia mengembangkan potensi dan dimensi
kemanusiaannya melalui komunikasi Islam.
Yun Young Kim menjelaskan tiga dimensi komunikasi: tingkat
komunikasi, konteks komunikasi, dan saluran komunikasi. Manusia mengembangkan
dirinya di semua dimensi komunikasi agar dirinya kembali ke fitrah
kemanusiaannya.
1.2. Interaksi Komunikasi yang Adil dalam Tiga
dimensi Komunikasi
Manusia mengalami konflik, biasanya
tidak memahami bahasa kaumnya atau kaum yang lain. Jurnalis Islam mampu
mempelajari dan menguasai komunikasi antar budaya dan komunikasi antar agama.
Ia sebaiknya memiliki kemampuan dasar fiqh lintasbudaya dan fiqhlintasagama.
Quraish Shihab memberikan pedoman dasar dalam berinteraksi dalam surat Muthofifin
(standar ganda) dan surat al-Kafirun dalam Tafsir al-Misbah dan membumikan
al-Qur’an. Jadi manusia menghindari standar ganda dalam interaksi dan tidak
memaksa budaya kita dan agama kita kepada pihak lain.
2.
Jurnalis Islam
2.1.
Pelaku Konstruksi
Pelaku konstruksi mampu bekerjasama
dalam industry media cetak, media elektronik, dan media baru/media sosial untuk
menciptakan citra ajaran Islam yang lurus dan citra umat menjadi positif.
Jurnalis muslim menghindari bagian
dari konflik masyarakat. Jurnalis Islam lebih cerdas memimpin umat ke arah fitrah kemanusiaan.
2.2.
Objek Konstruksi
Objek konstruksi dikemas berdasarkan
pedoman etika seorang jurnalis yang universal, jurnalis damai, dan etika
komunikasi massa yang Islami.
Pornografi, bahasa verbal, dan
non-verbal mengarah kekerasan yang
dihindari dalam pesan agar masyarakat
tidak biasa mendengar, membaca, dan menonton dengan bahasa dan tindakan
kekerasan.
3.
Syarat Jurnalis Islam
Manusia yang mengampu profesi apapun
memenuhi dan membangun karakter kembali ke fitrah. Jurnalis Islam dikader
menjadi manusia di bawah ini.
3.1.
Menjadi makhluk basyariyah (cinta diri, sesama, dan cinta lingkungan)
Seorang jurnalis bebas dari narkoba,
makanan, dan minuman terlarang. Mereka mengasupkan makanan yang bergizi dan
halal. Kenyataan, sebagian masyarakat Indonesia mengalami krisis diri, seperti
pilot, hakim, guru, dan polisi yang mencandu narkoba. Cinta diri belum
terpenuhi bagaimana kita mengharap cinta keluarga, sesame, apalagi cinta
lingkungan.
3.2.
Menjadi Ulil al-Baab (ilmuan yang berpikir, berzikir, kreatif dan inovatif)
Hasil konferensi Internasional di
Atmajaya membahas negara maju hidup dari hasil industri kreatif. Negara
mengandalkan sumber alam mentah tanpa dikemas menjadi industry kreatif, akan
tertinggal oleh Negara yang tidak memiliki sumber alam, tetapi masyarakatnya
mampu mengemas sumber alam negara lain.
Manusia merintis dirinya going to
internasional, ia mampu mengangkat karya yang memadukan nilai lokal, nilai
nasional, dan nilai universal. Industri ekonomi masa depan mampu menggali
potensi lokal, nasional, dan potensi internasional.
Industri mediapun akan berhasil bila
tim redaksi dan tim produksi mampu mengemas kekuatan budaya lokal, nasional,
dan budaya universal dalam rubric, program, dan filmnya seperti lagu pop Cina, pop Korea, pop Jepang, dan filmnya. Mentri
Pariwisata mengatakan kenapa orang ke Bali karena industry kreatif, inovatifnya
terus berkembang dan nilai sprititualnya berbasis lokalitas.
Jurnalis Islam terus menambah
pengetahuannya dan membaca tanda-tanda alam,
belajar tanda lokal, tanda nasional, dan tanda internasional. Tanda dan
nilai tersebut dimanfaatkan untuk mengemas karyanya.
Jurnalis Televisi belajar dari
jurnalis televisi sebelumnya, misalnya jurnalis televisi Republik Indonesia
(TVRI), RCTI, SCTV. Jurnalis Islam membaca karya jurnalis lainnya untuk
menemukan identitas dan karakternya sendiri, misalnya bagaimana tim produksi
SCTV melaporkan peristiwa kasus kekerasan di kampus STPDN dan di kampus
Universitas Muslim Indonesia pada masa
sekitar tahun 2004.
Septiawan Santara K memberikan
pengetahuan dan pengalamannya di tabloid Jum’atan Salam, Islah, dan radio Mara
Bandung dalam bukunya Ia
memberikan kisah Lucky Luke dalam menemani dunia kerja kewartawanan dalam komik
dengan kisah Daily star dan mengungkapkan Horace P. Greely sebagai sosok
legenda bagi dunia pers Amerika di awal tumbuhnya. Koran Daily Start ialah
Koran yang banyak dicatat sejarah pers Amerika Serikat. Santara bertanya dari
kisah komik tersebut buat apapakah jurnalisme dikerjakan? Ia mempertanyakan manfaat akademis dan
manfaat praktis bagi manusia.
Andreas Harsono dan Budi setiyono menyunting
liputat peristiwa di Aceh dengan gaya memikat dan mendalam. Mereka melaporkan
peristiwa dengan gaya sastrawan, seperti linda Christanty menulis Hikayat Kebo dalam seorang pemulung di
balik bangunan Mall Anggrek
komunitas Pemulung dan preman, ia
mengambarkan kehidupan pemulung yang tinggal di gua lapak tanpa jendela. Ia
membahas pemilikan tanah Yayasan Bakti Putra Bangsa, milik Hutomo Mandala Putra
sebelum masa reformasi 1998. C Husain Pontoh melukiskan Konflik nan Tak Kunjung Padam dalam konteks bagaimana majalah Tempo
mengatasi masalah dan meletakkan budaya perusahaannya, Eriyanto menyusun Koran,
Bisnis, dan Perang dalam konteks konflik Maluku. Ia memberikan Lead,
bagaimana konflik Maluku mempengaruhi pemberitaan dan bisnis Media
Jurnalis di atas merupakan jurnalis tauladan,
kreatif, dan inovatif yang mampu mengemas berita dalam bentuk jurnalisme
sastrawi. Karakter manusia ulil al-Baab adalah jurnalis kreatif, inovatif, dan
ilmuan.
3.3.
Menjadi Pelayan Publik (Khalifah di muka bumi)
Jurnalis Islam melayani 12
kepentingan yang diungkapkan oleh Denis Mc Quail. Kepentingan pihak kaum
professional, tehnisi, manajemen, segmen, budaya lokal, nasional, global, pihak
lembaga agama, lembaga legislative, eksekutif, yudikatif, dan pihak tekanan
ekonomi (pihak pemilik, pesaing, biro iklan, persatuan media, persatuan
jurnalis, dan lainya). Jurnalis Islam menjembatani kepentingan-kepentingan
tersebut.
3.4.Menjadi
Orang Beruntung (Tazkiyah/mensucikan diri)
Jurnalis Islam berhati-hati mengemas
peristiwa karena ia bertanggung jawab atas pengemasan tersebut. Jika ia salah
memilih fakta dan mengemasnya. Ia sebaiknya mengakui dan lebih baik meminta
maaf ke publik daripada mempertanggung
jawabnya di bawah sidang Allah SWT, siksaanNya lebih keras dan tegas.
3.5.
Menjadi juru damai, ikhlas, diridhoi oleh Allah dan meridhoiNya
Jurnalis Islam memimpin di garda
depan untuk mendamaikan diri, keluarga,
komunitas, dan masyarakatnya.
3.6.
Menjadi pelayan Allah SWT (Cinta Allah SWT)
Manusia memiliki profesi
masing-masing, ia melayani publiknya masing-masing. Baharuddin dalam paradigm
fitrah mengatakan bahwa manusia menjadi khalifah di muka bumi atau pelayan
public sekaligus menjadi hamba Allah atau pelayan Allah SWT. Jadi memahami ibadah, dakwah, dan komunikasi
Islam dalam arti yang luas.
Ignatius Haryanto menyunting
karya-karya terbaik dari jurnalis yang dianugerahkan Finalis Mochtar Lubis
Award 2008. Finalis tersebut dikelompokkan dalam kategori pelayan public,
tulisan Feature,pelaporan investigasi, foto jurnalis, dan liputan mendalam
jurnalis televise, seperti karya Zaki Yamani menulis Krisis Air Bersih Ancam
Bandung(h. 9), Guru Sejati Di Papua (h.75) Muslihat Cukong Di Lading Cepu
(h.269), Limbah Di Banjir Kanal (h.350), Pengoplosan Di Balik Kisruh Minyak
Tanah (h.399).
Jurnalis Islam mengembangkan potensi
dan dimensi kemanusiaannya, ia menerapkan 99 sifat Allah SWT dalam
memanajemen industry media baik di dunia cetak dan dunia elektronik.
4.
Jurnalis Islam sebagai Juru Damai
Jurnalis Islam sebagai pemimpin dan juru damai
menyelesaikan konflik masyarakat. Jurnalis Islam bukan mengendalikan dan
meredam konflik bersama penguasa, melainkan semua unsur masyarakat yang
terlibat mampu menyelesaikan konfliknya
masing-masing sesuai dengan perannya masing-masing di dalam masyarakat. Jika
konflik diredamkan melalui kekuasaan maka konflik akan muncul kembali.
4.1.
Memahami dan Belajar Resolusi Konflik
Pemimpin belum menemukan strategi
yang tepat, ummnya menerapkan alternatif A (Salah satu menang) melalui Rule of Power. Hal ini tidak bertahan
lama maka penguasa bersama jurnalis Islam membantu memasyarakatkan Rule of Law, siapa yang berhak mendapatkan
jeruk melalui perjanjian. Pihak
mendapatkan jeruk perlu diundian atau kesempatan bagi pihak tertentu, disebut rule of chance. Pihak yang tidak
mendapatkan jeruk atau misalnya jabatan maka ia mendapatkan konpensasi dan
kompromi yang lain atau hadiah yang lain, disebut alternative B rule of exchange. Alternatif C disebut SERI, kedua pihak menang, dan alternative
kompromi, dan alternatif D, mentransformasikan konflik. Mereka mengalihkan
konflik jeruk menjadi minum bersama jus jeruk.
4.2.
Menerapkan Pendekatan Resolusi Konflik
Istilah-istilah di atas, Jurnalis
Islam memahaminya dan istilah pendekatannya, yaitu menjauhi, menaklukkan, edukasi dan kontak,
remisi spontan hilang begitu saja
melalui negosiasi langsung, mediasi, arbitrase, keputusan yudisial, dan
non-rekonsialisasi.
4.3.
Memahami Strategi, Taktik Negosiasi
Jurnalis Islam memahami dan menguasai berbagai
strategi memiliki langkah-langkah,
pembukaan( menciptakan tujuan bersama, pemeriksaan awal, perencanaan, proposal
awal, penawaran akhir dan penutup. Taktik nya memiliki tujuh elemen; interest,
BATNA (but alternative to negotiation agreement), option,legitimacy,
komunikasi, relationship, dan commitment. Jurnalis Islam terus mengikuti
perkembangan ilmu Jurnalis damai melalui pelatihan dan workshop.
4.4.
Menerapkan Pendekatan Jurnalis Damai Dan Etikanya
Jurnalis Islam menghormati
kebenaran, hak public mendapat kebenaran.Ia tidak mengubah dan mengurangi
informasi. Iswandi Syahputra memberikan bagaimana melaporkan liputan,
memperhitungkan implikasi berita, dan memberikan contoh konflik Aceh dan kisah GAM.
Penutup
Jurnalis Islam rajin mengembangkan
dirinya sesuai dengan paradigma fitrah dan komunikasi Islam. Ia membaca
karya-karya jurnalis damai yang lain, seperti jurnalis sastra dan jurnalis yang
mendapat penghargaan nasional dan internasional. Ternyata, kisah konflikpun
dapat dikemas ke dalam sastra, novel, kisah nyata jurnalis lokal, nasional yang
inspirasi bisa dikemas ke dalam novel.
DAFTAR
PUSTAKA
Altman, Irwin dan Dalmas A.
Taylor. Social Penetration: the Development of Interpersonal Relationships.
New
York: Holt,
Rinehart dan Winston, 1973.
Alan,B.
Albarran, Gregory G. Pitts. The Radio Broadcasting Industry. Nedham
Height: Allyn and Bacon, 2001
Anoegrajekti, Novi. Miftahus,
dan Bisri. “Komodifikasi Seksualitas dan Perdagangan Perempuan.” Jurnal Srintil, Media Perempuan Multikultural,
10, 2006.
Arbi, Armawati. “Dakwah dan
Komunikasi sebagai Ilmu.” Jauhar Jurnal Pemikiran Islam Kontekstual.
Jakarta: Program Pasca Sarjana UIN, Vol.4, No.1 Juni 2003.
Arbi, Armawati. “Manajemen
Komunikasi Pada Manajemen Humas.” Didaktika Islamika Jurnal Keislaman,
Kependidikan dan Kebahasan.
Jakarta: Vol. III, No. 9, 0ktober 2002.
--------------------. Dakwah dan Komunikasi. Jakarta: UIN Jakarta Press, 2003.
Askariani. “Konflik Antar
Pribadi Dalam Keluarga” (Tesis
Sarjana Komunikasi.
Jakarta: Perpustakaan UI, 2002).
Bennett, W. Lance and Robert M. Entman. Communication
in the Future of Democracy. Cambridge
University Press, 2000.
Berger, Peter L. dan Thomas, Luckmann, dalam Basari,
Hasan. Tafsi>r Sosial Atas Kenyataan: Sebuah Risalah Tentang Sosiologi Pengetahuan. Jakarta: LP3ES, 1990.
Berger, Peter L. dan Thomas, Luckmann. The Social
Construction of Reality: A Treatise in The Sociology of Knowledge. Canada :
Penguin Books, 1976.
Boyke. “Teknik dan Variasi
Menentukan Orgasme, Komodifikasi Seksualitas dan Pewadagan Perempuan, Srintil, Media
Perempuan Multikultural”. Desember 2006.
Bungin, Burhan. “Konstruksi
Sosial Media Massa; Makna Realitas Sosial Iklan Televisi dalam Masyarakat
Kapitalistik” (Disertasi
S3 Fakultas Ilmu Sosial,
Universitas Airlangga Surabaya, 2000).
. Penelitian Kualitatif: Komunikasi, Ekonomi,
Kebijakan Publik, dan Ilmu Sosial Lainnya. Jakarta: Kencana Prenada Media
Group, 2007.
. Imaji Media Massa, Konstruksi dan Makna
Realitas Sosial Iklan Televisi dalam Masyarakat Kapitalistik. Yogyakarta:
Jendela, 2001.
. Sosiologi Komunikasi:
Teori, paradigma, dan Diskursus. Teknologi Komunikasi di Masyaraka. Jakarta:
Kencana, 2007.
. Kontruksi Sosial Media Massa. Jakarta: Kencana, 2008
Creswell, John W. Research Design
(Desain Penelitian), Qualitative & Quantitative Approaches, Pendekatan
Kualitatif & Kuantitatif. Jakarta: KIK Press, 2002.
Cuba dan Lincoln. Competing
Paradigm in Quantitative Research, in
Denzin and Lincoln. Handbook of Qualitative Research. London: Sage
Publication.
Dennis, Everette E. and John C.
Merrill. Basic Issues In Mass Communication, Macmillan. New York: 1984.
Denzin, Norman K dan Egon, Guba.
Teori dan Paradigma Penelitian Sosial. Yogyakarta: Tiara Wacana, 2001.
Eckert Penelope, Sally
McConnell, and Ginet. Language and Gender. Cambridge: University Press,
2003.
Edd Routt
(Broadcast consultant), James B. McGrath, Fredric A. Weiss, The radio Format
Conundrum. New York: Hastings House,
1978.
Einstein, Mara, Media
Diversity. New Jersey: Lawrence Erlbaum Associstes, 2004.
Entman,
Robert M, “Framing: Towards Clarification Of A Fractured Paradigm.” Dalam
McQuail, Denis. McQuail’s Reader in Mass Communication
Theory. London: SAGE Publication Ltd. 2002.
Entman, Robert M. and Andrew,
Rojecki. Media and Race in America, University of Chicago, 2001.
Eriyanto.
Analisis Framing, Kontruksi, Ideologi, dan Politik Media. Yogyakarta: LKiS, 2002.
Fishman, Mark. News and
Nonevent: Making the Visible and Invisible. Dalam James S. Ettenma and
Charles Whitney (Ed), Individuals in Mass Media Organization. Baverly Hills : Sage Pub, 1982.
. Manufacturing News. Austin:
University of Texas Press, 1980.
Fleming, Carole.
The Radio Hand Book. New York:
Rouledge, 1994
Gayatri, Gati. Konstruksi Realitas Kepemimpinan
Presiden Soeharto Dalam Berita Surat Kabar (Disertasi Sarjana Komunikasi. Jakarta: Perpustakaan UI, 2002).
Goffman, Erving. Frame
Analysis: An Essay on the Organization
of Experience.
New York:
Harper dan Row, 1974.
Guba, Egon G. ed. The
Paradigm Dialog. Newbury Park: Sage Publication, 1990.
Habib, Zamris. “Prinsip-prinsip
Komunikasi Dalam Mengemas Pesan Pendidikan Melalui Radio. (Tesis Sarjana Pendidikan. Jakarta: Perpustakaan UI, 1997).
Haliman, Supardi. Regulasi
Sistem Penyiaran di Indonesia. Studi Kasus Pengelolaan Spektrum Frekuensi Radio
FM di Kepulauan Riau. Yogyakarta: Pararaton, 2007.
Hamad, Ibnu. Konstruksi Realitas
Politik dalam Media Massa. Jakarta: Granit, 2004.
___________.Komunikasi Sebagai Wacana. Jakarta: La Tofi Enterprise, 2010.
Handoyo, Arintowati Hartono. “Aktivitas
komunikasi Dan Pembentukan Realitas Sosial. (Disertasi S3 Sarjana Komunikasi. Jakarta: Perpustakaan UI, 2002).
Harre, Rom. The Social
Construction of Emotion. London: Sage Publication, 2003.
Hidayat, N. Dedy. “Menghindari
Quality Criteria yang Monolitik dan Totaliter.” Jurnal Penelitian Ilmu
Komunikasi Thesis, Vol. III/No.3, September-Desember 2004: h. VII.
Ilyas, Ismail. Paradigma Dakwah Sayyid Qut}ub. Jakarta: Penamadani, 2006
Jensen, Klaus B. ed. A
Handbook of Media and Com Research, Qualitative and Quantitative
Methodologis. London:
Routledgc, 2002.
Julian Hale. Radio
Power (Propaganda and Internasional Broadcasting). Philadelphia: Temple
University Press, 1975
Karen, S. Johnson-Cartee. “News
Narratives and News Framing: Constructing Political Reality.” Public Opinion
Quarterly, Vol, 70, No. 1, 2006.
Kartika, Sofia. “Profil
Perkawinan Perempuan Indonesia.” Jurnal Perempuan: Untuk Pencerahan Dan
Kesetaraan, No. 22, 2002.
Khadiq,
M. Hum. “Dakwah Dialogis: Urgensi dan Metode”. Jurnal Dakwah Vol.VII
No.2, (Yogyakarta:
Juli-Desember), 2006.
Klien, Bethany. “The New Radio:
Music Licensing As A Response To Industry Woe”. Media Culture & Society,
Vol.30 No.4 July, 2008.
.. “Asian Journal of
Communication”,
Vol.17 No. 3 September, 2007.
Kriyantono,
Rakhmat. Riset Komunikasi, Tehnik Praktis Riset Komunikasi. Jakarta:
Kencana, 2006.
Kusumaningrum, Ade. “Radio,
Media Alternatif Suara Perempuan.” Yayasan Jurnal Perempuan,
Maret 2003.
Larose, Sraubhaar. Media Now: Understanding Media,
Culture and Technology. New York, Wadsworth: 1997.
Lewis B.
O’Donnell, Carl Hausman, Philip Benoit. Radio Station Operations. California:
Wadsworth, 1989.
Lincoln dan Guba. Handbooks
of Qualitative Research, Paradigmatic controversies, contradictions, and
Emerging Confluences.
California: 2005.
Lips, Hilary M. Women, Men and Power. California:
Mayfield P.Com, 1991.
Little John, Stephen. Theories of Human Communication.
New York: Wadsworth Publishing Company,
1996.
List, Dennis, Pemasaran
Partisipatif Radio Lokal, Jakarta: Kantor Berita Radio 68 H, 2004.
Kimburg, Val.E, Electronic
Media Ethics.
Jogyakarta:
Pustaka Pelajar, 2008.
________,. Personal Law in Islamic Countries, History, Text and Comparative
Analysis. New Delhi: India at Times Press, 1987.
Malo, Manasse dan Sri,
Trisnoningtias. Metode Penelitian Masyarakat. Jakarta: Pusat Antar
Universitas Ilmu-Ilmu Sosial UI, 1994.
Masduki. Radio Siaran dan Demokrasi. Yogyakarta:
Jendela, 2003.
.
Regulasi Penyiaran: dari Otoriter ke Liberal. Yogyakarta: LkiS, 2007.
McQuail, Denis. McQuail’s Reader in Mass Communication
Theory. Oxford: The Alden Press, 2002.
Michael C.
Keith, Joseph M. Krause, The Radio Station. New York: Butterworth Heinemann,
1993
Morissan. ManajemenMedia
Penyiaran, Strategi mengelola Radio dan Televisi. Jakarta: Kencana, 2008.
Mulyana, Deddy dan Solatun. Metode Penelitian
Komunikasi: Contoh-contoh Penelitian Kualitatif dengan Pendekatan Praktis.
Bandung: Remaja Rosdakarya, 2007.
Mulyana, Deddy. Metodologi Penelitian Kualitatif,
Paradigma Baru Ilmu Komunikasi dan Ilmu Sosial Lainnya. Bandung: Remaja
Rosdakarya, 2002.
Munthe, Moeryanto Ginting. Media
Komunikasi Radio. Jakarta: Pustaka Sinar Harapan, 1996.
Nasir, Zulhasril. “Perubahan
Struktur Media Massa Indonesia dari Orde Soeharto ke orde Reformasi”. Jurnal Penelitian
Ilmu Komunikasi Thesis, Vol. IV/No. 2, Mei-Agustus 2005.
Negroponse Nicholas. “Living in the Information
Age, A new Media Reader.” Dalam Erik P Bucy. Canada: Wadsworth, 2002.
Nightingale, Virginia. Studying Audiences: The Shock of the Real. London and
New York: Routledge, 1996.
Nugroho, Bimo, Eriyanto, Surdiasis Frans. Politik
Media Mengemas Berita. Jakarta: Institut Studi Arus Informasi, 1999.
Oktiani, Hestin. “Komodifikasi
Pada Radio Komersial di Daerah (sebuah Kajian Ekonomi Politik terhadap Format
Radio Komersial di Kabupaten Tanggamus, Lampung). Tesis Sarjana Ilmu Sosial
dan Ilmu Politik.
Jakarta: Perpustakaan UI, 1978–2003.
Pilliang, Yasraf Amir. Wanita
dan Media: Konstruksi Ideologi Gender Ruang Publik Orde Baru. Bandung:
PT. Remaja Rosdakarya, Tasraf Animir Ruang Publik Orde Baru.
Pringle, Starr dan Mc. Cavitt. Electronic
Media Management. New York:
Butterworth-Heinemann, 1995.
Resee, Stephen, Ghandy dan
Grant. Framing Life. London : LEA, 2001.
Rivers, William L. and Jay W.
Jensen, Theodore Peterson. Media Massa dan Masyarakat Modern. Jakarta: Kencana, 2003.
Romli, Asep Syamsul M.
Broadcast Journalism, (Panduan Menjadi Penyiar, Reporter & Script Writer).
Bandung: Nuansa Yayasan Nuansa Cendekia, 2004.
. Jurnalistik Praktis. Bandung: Remaja Rosdakarya,
2000.
Saiful dkk. Islam, Dakwah Dan
Politik. Bogor: Pustaka
Thariqul Izza.2002
Saefullah, Ujang, Kapita
selekta Komunikasi.
Bandung:
imbiosa, 2007.
Sen, Krisna dan David T Hill. Media,
Budaya dan Politik di Indonesia. Jakarta: ISAI
: 2001.
Setiawati, Effi. Pengalaman
Perempuan dalam Menjalani Nikah Sirri dan Dampaknya bagi Perempuan, Tesis
Kajian Wanita. Jakarta: Perpustakaan UI, 2003.
Shoemaker, Pamela and Stepen D. Resee. Mediating the
Message: Theories of influences on Mass Media Content. New York : Longman,
1996.
Shotter, John. The social Countruction of Remembering and Forgetting. London : Sage
Publication, 2003.
Stokes, Jane. How To Do Media
and Cultural Studies: Panduan untuk Melaksanakan Penelitian dalam Kajian Media
dan Budaya. Yogyakarta: PT Bentang Pustaka, 2006.
Stooksberry, Barbara. Communication
Year Book 29. Handbook. New York: LEA, 2005.
Straubhaar, Joseph dan R. Larose.
Media now, Understanding Media,
Culture and Technology. New York:
Wadsworth: 2006.
Sudibyo, Agus. Ekonomi Politik Media Penyiaran. Yogyakarta:
LKIS, 2004.
----------------. Politik Media dan Pertarungan
Wacana. Yogyakarta: LKIS, 2001.
Suhandang,
Kustadi. Manajemen Pers Dakwah dari Perencanaan Hingga Pengawasan.
Bandung: Marja, 2007.
Sumadiria, Haris. Bahasa
Jurnalistik. Bandung: Simbiosa, 2006
Sumarlam (Ed). Teori dan Praktek Analisis Wacana.
Surakarta: Pustaka Cakra, 2003.
Sunarto. Analisis Wacana
Ideologi Gender (Media Anak-anak). Semarang: Mimbar dan Yayasan Adikarya
Ikapi serta Ford Foundation, 2000.
Syahputra, Iswandi, Komunikasi
Profetik, Konsep dan Pendekatan.
Bandung:
Simbiosa, 2007
Weimann, Gabriel. Communicating Unreality; Modern
Media and The Reconstruction of Reality. California: Sage Publications, 2000.
Wicks,
Robert. “Message Framing and Constructing Meaning: an Emerging Paradigm in Mass
Communication Research.” Communication Yearbook 29. America: LEA, 2005.
Wilby,
Pete and Andy Conroy, The Radio Hand Book. London, 1996